Remdesivir, Calon Obat Yang Diklaim Bisa Mengatasi COVID-19
Remdesivir (kode pengembangan "GS-5734") adalah obat antivirus, sebuah prodrug analog nukleotida baru, yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi, Gilead Sciences. Pada tahun 2020, remdesivir sedang diuji sebagai pengobatan khusus untuk COVID-19, dan telah dikeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) di AS untuk digunakan mereka yang dirawat di rumah sakit. Obat ini dapat mempersingkat waktu yang dibutuhkan untuk pulih dari infeksi COVID-19 tersebut. Perawatan Remdesivir diberikan dengan menyuntikkannya ke pembuluh darah. Remdesivir dibuat dan dikembangkan oleh Gilead Sciences di bawah arahan ilmuwan Tomáš Cihlář, sebagai bagian dari program penelitian dan pengembangan Gilead tentang perawatan untuk penyakit virus Ebola dan infeksi virus Marburg. Remdesivir pada awalnya dikembangkan untuk mengobati penyakit virus Ebola dan virus Marburg tetapi tidak efektif untuk infeksi virus ini. Gilead Sciences kemudian menemukan bahwa remdesivir memiliki aktivitas antivirus secara in vitro terhadap filovirus, pneumovirus, paramyxovirus, dan coronavirus. Antivirus dengan kode pengembangan GS-5734 ini masuk kelas analog nukleotida. Antivirus ini disintesis dalam beberapa turunan ribosa.
Dr. Mark Denison, peneliti dari Universitas Vanderbilt, seperti dilansir The New York Times, belum lama ini mengatakan, remdesivir bisa menyelinap melewati sistem kuat virus untuk melindungi RNA, bahan genetik mereka. Remdesivir membuat rantai RNA virus yang tumbuh berakhir sebelum waktunya, lalu membunuhnya. Di sisi lain, para peneliti di Universitas Carolina Utara menemukan obat produksi Gilead Sciences Inc itu juga membunuh virus pada hewan yang terinfeksi.
Pada Januari 2020, Gilead memulai pengujian laboratorium remdesivir terhadap SARS-CoV-2, yang menyatakan bahwa remdesivir telah terbukti aktif terhadap sindrom pernafasan akut akut (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS) pada hewan percobaan. Pada 21 Januari 2020, Institut Virologi Wuhan mengajukan "penggunaan paten" Cina, untuk mengobati COVID ‑ 19. Dalam uji coba di Tiongkok selama Februari-Maret 2020, remdesivir tidak efektif dalam mengurangi waktu untuk pemulihan dari COVID-19, dan menyebabkan berbagai efek samping, yang mengharuskan para peneliti untuk menghentikan uji coba.
Pada bulan Maret 2020, percobaan kecil remdesivir pada monyet kera rhesus dengan infeksi COVID-19 menemukan bahwa itu mencegah perkembangan penyakit. [31] [32] Pada 18 Maret 2020, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan peluncuran uji coba yang akan mencakup satu kelompok yang diobati dengan remdesivir. Uji klinis lainnya pun sedang dilakukan atau direncanakan. Data awal dari uji coba terkontrol yang dilakukan oleh National Institutes of Health yang berbasis di AS, menunjukkan bahwa remdesivir efektif dalam mengurangi waktu pemulihan dari 15 menjadi 11 hari pada orang yang sakit parah dengan COVID-19. Data ini bertentangan dengan temuan dari uji coba yang dilakukan di Cina, yang menunjukkan remdesivir tidak efektif dalam mengobati COVID-19.
Pada tanggal 29 April 2020, Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) mengumumkan bahwa remdesivir lebih baik daripada plasebo dalam mengurangi waktu pemulihan bagi orang dengan COVID-19 yang dirawat di rumah. Remdesivir dianggap memiliki potensi untuk mengatasi infeksi virus Corona atau COVID-19. Namun sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar efektif untuk mengatasi infeksi virus Corona atau COVID 19. Sejumlah obat termasuk remdesivir sedang diteliti lebih lanjut untuk memastikan efektivitas dan keamanannya dalam mengatasi infeksi virus ini.
Efek samping paling umum dalam penelitian remdesivir untuk penanganan COVID-19 ialah kegagalan pernafasan dan biomarker darah dari kerusakan organ, termasuk albumin rendah, kalium rendah, jumlah sel darah merah rendah, jumlah trombosit rendah yang membantu pembekuan darah, dan perubahan warna kuning pada darah serta kulit. Efek samping lain yang dilaporkan ialah gangguan pencernaan, peningkatan kadar transaminase dalam darah (enzim hati), dan reaksi yang berhubungan dengan infus yang telah terlihat selama penggunaan infus remdesivir atau sekitar waktu remdesivir diberikan. Tanda dan gejala reaksi terkait infus meliputi: tekanan darah menjadi rendah, mual, muntah, berkeringat, dan menggigil.
Peringatan sebelum menggunakan remdesivir adalah jangan menggunakan remdesivir jika anda memiliki alergi terhadap bahan atau kandungan dalam obat ini, jangan menggunakan remdesivir bila anda menderita penyakit ginjal atau penyakit liver, jangan menggunakan obat ini jika anda sedang menjalani cuci darah, jangan menggunakan remdesivir jika sedang hamil atau menyusui, segera ke dokter jika anda mengalami reaksi alergi obat atau overdosis setelah mengonsumsi obat ini.
Demikianlah pembahasan singkat mengenai Remdesivir ini. Terima kasih sudah berkunjung dan membaca postingan ini. Walaupun hingga sekarang belum ada obat yang benar-benar ampuh mengatasi Corona, namun kita tetap berharap semoga cepat ditemukannya obat yang benar-benar 100% menghilangkan virus tersebut, dan berharap juga semoga Remdisivir yang masih menjadi calon obat ‘yang diklaim’ ini bisa mengatasi COVID-19 dan segera diumumkan oleh pemerintah kita. Semoga kita bisa kembali ke kondisi normal dan tidak perlu khawatir lagi, Aammiin…
0 comments:
Post a Comment